Tuesday, December 29, 2009
Tersesat Saat Gowes ? (1)
Friday, July 31, 2009
Soto SBY, Jamu Soeharto..
Soto SBY, Jamu Soeharto..
Monday, May 04, 2009
Masker Angker
Monday, April 20, 2009
Cipika Cipiki
Tuesday, March 31, 2009
Curhat SMS
Tuesday, March 10, 2009
Bike 2 Sakolaan
ADZAN subuh belum lagi usai, saat pintu kamar terbuka, Juma, 6 Maret 2009. "Bah, jadi gak sepedaan ke sekolah?" suara si Aa Ugi. Walah, semangat juga dia. Sebenarnya sudah lama dia minta izin sepedaan ke sekolahnya. Selama ini, ditolak secara halus. Bukan cuma jarak rumah-sekolah alias Permata Pamulang- Lazuauari Cinere yang sekitar 12 kilometaran, tetapi tahu sendiri gimana edannya angkot atau sepeda motor di jalanan. Alasan keamanan diutamakan alias prioritas. Rada khawatir juga. Apalagi beberapa teman menyarankan, dengan kondisi maut lalu lintas itu, sepedaan buat si Ugi sih mending buat olah raga aja dulu alias gowes weekend-an. Masalahnya, dia sering enggak ikut sepedaan akhir pekan karena kita sepedaan biasanya hari Sabtu. Nah, sementara hari Sabtu dia masih lumayan sibuk kudu les bahasa segala. Padahal yang namanya sepedaan, dia tuh udah kayak makan-minum: wajib hukumnnya.
Tuesday, March 03, 2009
Tuesday, February 10, 2009
"Sepeda Nabi Adam"
Patung sepeda di Jeddah, Arab Saudi. Tour guide atau kepala rombongan yang membawa kita city tour keliling kota Jeddah, suka menyebut patung raksasa ini sebagai Sepeda Nabi Adam ke jamaah Indonesia. Herannya, banyak juga lo yang percaya bahwa itu memang sepedanya Nabi Adam. Apalagi, abis itu si guide suka nunjuk ke satu wilayah masih di sekitar kota Jeddah mengenai adanya kuburan nabi adam, yang panjangnya konon mencapai 7 meter. Cuma enggak dijelaskan, apakah saat itu sudah ada bike to work apa belum :)
Friday, February 06, 2009
Teror Demam Berdarah di Musim Caleg
Tetangga, saudara-saudara terdekat saya di komplek, bukannya cicing wae alias tinggal diam. Mereka juga langsung kalang kabut membasmi sumber-sumber pembiakan nyamuk. 3M: bukan cuma dihapal tetapi dilakukan bener. Menguras, Menutup dan Mengubur sumber-sumber air jadi pada jago. Sekarang malah kudu ditambah 1M lagi: memangkas semak sekitar rumah kita. Bukan cuma, itu di dalam rumah juga disemprot obat nyamuk sehari dua kali-- kayak minum obat aja--.Ada juga yang rumahnya jadi berkabut terus, karena obat nyamuk bakar seharian dibakar.. ngebul deh. Pabrik obat nyamuk laku deh.
Sahabat baiku di kantor, wartawan terkenal Pak Bas Politika malah di kompleknya udah jadi pejabat Jumantik alias Juru Mantau Jentik ! Di kompleknya, di bilangan Lebak Bulus, juga ada belasan orang diserang penyakit DB.
Pokoknya teror DB benar-benar itu mengepung kami. Jangan-jangan malah lebih serem daripada menanti harap-harap cemas serangan bom posphor Israel. Anak saya bahkan sambil melindur di tidurnya: "Takut virus DB, takut virus DB...." katanya. Padahal setiap habis mandi, badannya tuntas dibalur minyak sereh, yang dipercaya bisa mencegah gigitan maut si nyamuk itu.
Saya yang bukan dokter, tetapi kalo doktor mungkin iya.. (tukang ngodok yang kotor-kotor) juga sedikit paham gejala orang diserang demam berdarah: kepaa pusing banget, demam tak berhenti, badan ringsek pegal-pegal terutama pinggul. Cek darah deh kalau udah merasa begitu. Sekarang malah penyakit itu seperti menyaru bak tipes. Ada juga yang didahului radang tenggorokan tak kunjung sembuh.
Menyemprot untuk membasmi nyamuk terbang, seringkali kami lakukan. Bukan pemerintah pula yang melakukan. Kami harus mencari ke sana kemari, tukang semprot atau perusahaan penyemprot hama. Sialanya, bayarannya lumayan mahal. Sekitar Rp 25-30 ribu per rumah. Uang segitu mungkin cuma semangkuk bakso, tapi cobalah Anda menjadi pengurus RT: wah, rasanya jadi perlu menyewa debt collector deh untuk menagihnya ke warga. Susah banget: belum tentu lo orang dengan suka rela membayar.
Merasa sulitnya sewa mesin semprot, beruntung ada saudara tetangga yang mau meminjamkan alat semprot itu. Kami mengambilnya malam-malam di satu daerah Jakarta Timur. Wah, kaget juga ternyata alat itu sangat antik. Buatan Jerman tahun 1908 !! Alhamdulillah mesin itu masih berfungsi dengan baik dan bisa dipakai semprot-semprot. Kami berencana melakukan penyemprotan itu 2-3 kali di komplek kami, dengan biaya yang lebih murah dibanding menyewa rent to kill (astaga ini perusahaan kok kejem banget ya namanya, disewa untuk membunuh... weh!)
Cuma ya itu tadi. Cuma ya itu tadi mungkin karena kami amatarin dengan suasana teror demam berdarah, para pejuang anti nyamuk demam berdarah pun melakukan penyemprotan hingga malam hari. Entah, apakah nyamuk sialan itu pada mati atau menghilang dari komplek kami, yang jelas: semua permukaan rumah, dari lantai hingga furniture menjadi licin karena solar yang disemprotkan alat buatan Jerman tahun jebot itu. (Saya malah curiga, jangan-jangan alat itu digunakan untuk menganiaya kaum Yahudi oleh tentara NaZi dulu..).
Kasian banget ya rakyat kita. Banting tulang berjibaku melawan nyamuk demam berdarah. Mana itu para caleg dan pejabat kesehatan yang posternya di mana-mana. Kalau ada caleg yang mau kampanye dengan melakukan penyemprotan di kampung kami, kami mungkin dengan senang hati akan menerimanya. Cuma belum tentu memilih Anda, enggak haram kan kalo memilih caleg yang enggak bisa dipercaya. MUI cuma bilang, haram hukummnya menjadi golput karena masih ada caleg yang baik..
Thursday, February 05, 2009
"Presiden Cililin"
Penulis sejumlah novel itu-- Lousiana, Lousiana, Epigram, Dong Mu-- malah mengisengi saya. Dia mengirim SMS mencalonkan diri mau menjadi menteri. "Jika Kang Ush, menjadi presiden," kata SMS Jamal. Secara spontan saya menjawab, "Ya, Presiden Cililin!ha..ha:)"
Ingatan saya segera saya terbuai ke masa kecil saya, di Batujajar, sebuah kota kecamatan di kawasan Bandung Barat. Kampung saya tidak jauh dari kecamatan lain, namanya Cililin sebuah kota santri yang terkenal dengan kelegitan wajitnya. Makanan terbuat dari ketan dan gula merah yang dibungkus daun jagung.
Eh, saya tidak bermaksud menceritakan wajit. Saya terkenang,waktu seumur teman saya ingusan (saya tidak lo), tersebutlah "Presiden Cililin".
Entah siapa yang memulai, sebutan kami-- anak-anak ololeho (ingusan)-- itu ditujukan kepada seseorang yang sepertinya agak sakit-- kami menyebutknya rada gelo, agak gila. Namanya, Juned. Atau kami biasa memanggil, Si Juned.
Bagi saya dan teman-teman Si Juned, bukanlah orang gila. Gayanya memang mirip atau dimirip-miripkan--orang gila (maaf saya pakai istilah umum). Sepertinya dia mendesain khusus bajunya. Bajunya terbuat dari kain perca berbagai bahan dan warna yang disambung-sambung. Namun begitu, baju itu tidaklah kotor atau lusuh seperti umumnya orang lupa ingatan. Baju itu rapih dan bersih. Saya tidak tahu, apakah dia punya beberapa stel "pakaian dinas" seperti itu.
Kadangkala, terlihat pula di bajunya itu dipasang berbagai simbol pangkat. Wajahnya pun selalu klimis bersih, walaupun saat itu sepertinya belum ada salon atau klinik kulit yang bisa mengencangkan wajah, dan menghilangkan noda di wajah.
Pekerjaan Juned secara berkala-- memang tidak setiap hari, sepertinya berkala: lain hari- beda kampung-- adalah berkeliling dari rumah ke rumah atau dari toko ke toko. Dia bukanlah mengemis dengan meminta belas kasihan. Apa yang dia lakukan di setiap beranda rumah atau depan toko adalah : berpidato !
Saya masih ingat, prosesi dia sebelum berpidato. Biasanya si Juned, jalan di tempat seperti orang berbaris. "Brenti, Hormaat graaak!!", dia memerintah dirinya sendiri. Hormatnya tegap, seperti terlatih. Tidak jarang, kami yang memberi perintah. Dalam pikiran saya waktu itu, hebat juga ya bisa memerintah "presiden".
Setelah berdiam senjenak, si Juned berancang-ancang. Telapak tangannya dibentuk mirip corong pengeras suara di mulutnya. Nah, barulah dia berpidato. Isi pidatonya memang seru. Mirip pidato pejabat atau elit parpol jika sedang berpidato. Berteriak-teriak, berbagai hal dengan sok pintar dia bahas. Tak peduli apakah orang mendengar atau tidak, pokoknya dia membual, berbusa-bisa kata-katanya. Kata-katanya tegas dan teratur. Sesekali menunjuk-nunjuk ke arah penonton, yang tidak hanya anak-anak tetapi dewasa. Biar tambah seru dan semangat tak lupa kami memberi tepuk tangan. Setelah selesai pidato, tangannya dengan cekatan akan mengambil uang yaKang diberikan pemilik toko atau tuan rumah. Selanjutnya, dia akan berpindah ke tempat lain dan berpidato, melakukan hal yang sama.
Kami semua maklum, dan percaya betul bahwa Presiden cililin itu tidaklah gila. Dia membual, berpidato, berbanyak kata-kata, tidak kerja itu merupakan mata pencaharian. Saat itu kami, anak-anak, berpikir lumayan juga pendapatan dia setiap harinya. Kalau setiap rumah saja mendapat Rp 10-25 (saat itu, harga kerupuk putih seringit, kalau enggak salah) ) dikalikan berapa puluh rumah sudah berapa banyak kekayaan dia. Belakangan memang tersiar kabar, jika sebenarnya Juned, Presiden Cililin itu--katanya-- cukup mapan hidup di kampungnya. "Bahkan, rumahnya gedong (bangunan gedung, megah)," kata kami bertukar isu.
Namun walaupun disebutkan, bekerja seperti Presiden Cililin itu bisa menjadi "kayak" raya, saya dan teman-teman hingga sekarang dewasa, tidaklah terbesit bercita-cita menjari presiden, apalagi menjadi seperti Presiden Cililin.
Sialnya ingatan saya terhadap "Presiden Cililin" itu selalu terbuka kembali ketika mencermati tindak tanduk para elit yang berjibaku ingin menjadi presiden. Ada yang keukeuh ingin menjadi presiden, walaupun belum jelas partainya yang mencalonkannya, atau kalaupun ada belum parti partainya menang electoral threshold atau tidak; Ada juga yang bergaya sudah seperti presiden, seolah-olah seluruh masalah negeri ini bisa diselesaikan dengan menjentikan jari; Ada yang sepertinya sangat begitu merakyat. Pembela kebenaran dan keadilan siap menegakan hukum... wah, silakanlah Anda catat sendiri.
Saya, kan cuma mau cerita "Presiden Cililin"...
(http://www.agushermawan.kompasiana.com)
Tuesday, January 13, 2009
Ensiklopedi Hantu, Jurig dan Ririwa
Istilah, setan atau iblis lain lagi. Mungkin yang mengerti agama bisa menjelaskannya apa itu setan atau iblis. Katanya, setan itu kira-kira roh jahat yang ada di tiap hati orang. Ada yang bilang sebenarnya setan itu lebih lebih berupa sifat (buruk atau jahat). Nah setan itulah yang menyeret-nyeret orang senang berkorupsi, berselingkuh, mencuri, merampok, kolusi, nipu rakyat, merusak pohon dengan menempel poster caleg, berbohong, berjudi, pokoknya jenis-jenis langkah yang buruk, jelek, jahat dan seterusnya.
Anehnya, beberapa jenis sikap itu kini banyak disenangi orang. Bahkan pelakunya, habis dipuja-puji masyarakat. Koruptor misalnya, walaupun kekayaannya hasil merampok uang rakyat atau kekakayaan negara malah dipuja-puji menjadi orang dalam kelas orang terhormat. Kalaupun diadili, dia akan berpakaian jas resmi dan menebar senyum atau tawa ke sana- kemari. Mungkin itu yang disebut tawa setan atau senyum iblis.
Tulisan atau bacaan ini mungkin tidak perlu bagi Anda yang pasti cukup serius dan pusing memikirkan negara yang tidak pernah beres. Tetapi boleh jadi karena mumet memikir hidup yang semakin sulit dan sesak nafas, masyarakat kita masih betah dan semakin menjadi-jadi akrab dengan dunia klenik atau perhantuan. Terakhir beredar film Setan Budek dengan pemeran Dewi Persik dan (mantan) suaminya Syaeful Jamil. Saya enggak dan tidak akan nonton filmnya— udah setan, budek pula ngapain ditonton?– tetapi sempat baca di Warta Kota: Syaful Jamil panas dingin bermain dengan Setan Budek, eh Dewi Persik itu. Entahlah, silakan Anda menafsirkan sendiri.
Nah berikut beberapa jenis-jenis hantu atau jurig yang tercatat atau terdengar dalam keseharian kita.
-Kuntilanak : ini hantu paling populer. Di kampung saya, konon, kuntilanak ini hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal. Apalagi kalau meninggalnya tak wajar, bunuh diri atau diracun suaminya misalnya. Kostumnya sangat ngepop. Baju putih. Aneh juga, waktu dikubur dipakaikan kain kafan tetapi sesudah menjadi hantu kain putih itu sudah menjadi baju. Mungkin di alam kubur juga ada tukang jahit. Atau boleh jadi ada mall khusus penjual busana hantu. Wajahnya biasanya pucat, dengan bagian mata hitam atau dihitamkan. Padangannya kosong. Rambut terurai panjang, tidak disisir model gadis sampo. Biasanya senang tertawa mengikik.. Hkii..hik..kik….Kakinya tidak menapak di tanah, tetapi melayang. (Untuk melihatnya dia melayang atau tidak Anda harus melihat terbalik, jadi mirip orang rukuk tetapi mata anda diarahkan ke arah selangkangan. Nah, akan ketahuan kuntilanak itu melayang atau tidak. Untuk menandai kehadirannya, katanya, di sekitar kita selalu diawali dengan bau kentang. Tidak jelas bau kentang goreng biasa atau french fries..
-Sundel Bolong: Ini sejenis kuntilanak juga. Tetapi bagian punggungnya bolong. Digambarkan, bolongan itu busuk, bernanah dan berbelatung. Sebenarnya, di kampung saya, kuntilanak juga berbolong di punggungnya. Di kampung saya bahkan ada kepercayaan, jika kita bisa menutup bolongan itu dengan daun pisang kering (karakas) si kuntilanak itu bisa menjelma menjadi gadis cantik sejenis bidadari. Katanya, bisa dinikahi segala. (Sulit sekali bukan, mencari-cari daun pisang kering untuk menutup bolongan itu. Bukannya si kuntilanak segera kabur?) Tidak jelas betul, apakah perempuan tidak cantik setelah menjadi kuntilanak dan dimanusiakan kembai lantas menjadi cantik?
Langkah lain untuk mengorangkan kuntilanak itu dengan memaku bagian kepalanya. Bukan cuma alangkah sadisnya, tetapi apa setiap hari kita harus membawa-bawa paku dan palu untuk berjaga-jaga bertemu kuntilanak yang siap dijadikan gadis cantik yang siap dinikahi? Nah, hati-hati paku itu jangan sampai dicabut kembali, si isteri nanti bisa kembali menjadi kuntilanak. Banyak pula cerita beredar kejadian seperti itu. Ceritanya, setelah lama menikah berkeluargan dan mempunyai anak, si anak yang diminta mencari kutu malah menemukan paku di kepala ibunya. Lantas si anak mencabutnya, jadilah si ibu kuntilanak. Tragis sekali ya keluarga kuntilanak itu…
Kelongwewe: Nah, hantu ini terkenal sekali untuk menakut-nakuti anak-anak. Biasanya dipakai saat anak-anak lupa waktu main. Hantu ini dipercaya berkeliaran menjelang maghrib atau sekitarnya. Anak-anak yang bermain dan melupakan saat ke mushola, akan diteriakin, “Awas lo dibawa Kelongwewe…!” Anak-anak akan ketakutan sekali. Apalagi omongan ibu sangat mujarab. Hiii… dibawa kelongwewe mana berani. Mungkin karena ada kata “kelong” tadinya waktu kecil saya membayangkan, hantu itu seperti “kalong” atau kelelewar. Kalau kelalawar kan identik dengan drakula atau jangan-jangan mirip Batman.
Tetapi pernah ada teman yang mendekripsikan, rupa kelongwewe itu katanya seperti nenek sihir di film-film bule. Hidung mancung dengan dengan tawa mengikik atau terkekeh ya? Nah ini: susunya atau bagian payudaranya dipercaya sangat panjang (seksi enggak ya). Katanya saking panjangnya, bagian payudara itu sampai-sampai bisa dipakai untuk mengendong anak yang diculiknya. Hi..hi.. Cerita beredar, ada anak pernah diculik kelongwewe. Anak itu merasa tinggal di rumah mewah dengan makanan yang mewah pula. Padahal kenyataannya, rumah itu hanyalah pohon besar (biasanya pohon beringin). Makanan enak-enak, yang berupa mie itu konon tidak lain dari cacing-cacing. untuk menemukan anak yang hilang itu, orang sedesa harus mencari. Namun ada pula cara ditempuh: biji nangka direndam di minyak kelapa. Nah, orang harus bisa mengangkat biji nangka yang licin itu hanya dengan dua jari. Jika berhasil, si anak yang diculik kelongwewe akan segera ditemukan. Tapi ingat ya “biji nangka” bukan biji yang lain ! Apalagi biji buah berambut atau rambutan ( Nephelium lappaceum L). Jadi dalam hal kasus hilangnya anak oleh kelongwewe, polisi atau tim SAR dalam hal ini tidak diperlukan rupanya..
Jurig Jarian: Ini jenis jurig atau hantu yang hidup di tempat pembuangan sampah atau tempat-tempat yang jarang dijamah manusia. Biasanya ada di sekitar tebing. Rupanya saya tidak sempat merekam saat kecil. Sepertinya ini jenis jurig yang dinamakan sesuai dengan tempat tinggalnya saja, seperti juga jurig rumah kosong atau juring pohon rambutan. Oh ya, di kampung saya selain pohon beringin, pohon sirsak dipercaya juga sebagai tempat yang nyaman bermain hantu. Makanya jika kita ingin membuang air (besar dan kecil) di tempat-tempat seperti itu, sejak kecil diajarkan agar meminta ijin. “Permisi, mbah saya mau kencing..” Kalau tidak bisa berbahaya lo. Bisa kesurupan.. wah!
Gendurowo: Hantu jenis ini saya dengar setelah agak bisa bermain atau bergaul dengan orang-orang dari daerah lain. Sepertinya ini hantu dari masyarakat Jawa (Tengah) ya. Saya tidak cukup mafhum untuk mendeskripsikannya.
Itu hanya beberapa jenis hantu saja, kalau ditulis semua di sini bisa repot. Nanti setelah menjadi calegsiana, Kompasiana malah menjadi jurigsiana atau hantusiana. Tidak lucu bukan? Pasti banyak pula jenis-jenis hantu di daerah lain. Tetapi buat saya sendiri– seumur-umur belum pernah melihat hantu beneran. Saya malah merasa kini dikejar-kejar hantu-hantu jenis lain itu yang bertebaran mengepung kita. Mereka menebar senyum, menebar janji dan menghuni pohon-pohon atau dinding-dinding kota. Mereka memenuhi halaman media cetak, elektronik dan tawa dan kata-kata yang menakutkan. Omongan atau pernyataan mereka benar-benar menghantui saya. Janji mensejahterakan rakyat, menjanjikan kehidupan yang lebih baik, tampil seperti orang bermoral, agamis, sopan, jujur dan sangat dekat dengan rakyat. Raut wajahnya palsu. Walaupun dipoles berpenampilan dan bergaya seperti malaikat, saya malah merasa mereka itu lebih mirip dengan hantu. Mereka seperti zombie (versi lokalnya apa ya, zombie ini?) tidak peduli dengan protes dan cercaan masyarakat dan mengemis-ngemis minta dipilih untuk menjadi pemimpin. Hantu sekali bukan? Hi..hi…
(copy paste aja dari http://agushermawan.kompasiana.com).. soalnya blognya gak pernah diisi heu..heu...
Ensiklopedi Hantu, Jurig dan Ririwa
Istilah, setan atau iblis lain lagi. Mungkin yang mengerti agama bisa menjelaskannya apa itu setan atau iblis. Katanya, setan itu kira-kira roh jahat yang ada di tiap hati orang. Ada yang bilang sebenarnya setan itu lebih lebih berupa sifat (buruk atau jahat). Nah setan itulah yang menyeret-nyeret orang senang berkorupsi, berselingkuh, mencuri, merampok, kolusi, nipu rakyat, merusak pohon dengan menempel poster caleg, berbohong, berjudi, pokoknya jenis-jenis langkah yang buruk, jelek, jahat dan seterusnya.
Anehnya, beberapa jenis sikap itu kini banyak disenangi orang. Bahkan pelakunya, habis dipuja-puji masyarakat. Koruptor misalnya, walaupun kekayaannya hasil merampok uang rakyat atau kekakayaan negara malah dipuja-puji menjadi orang dalam kelas orang terhormat. Kalaupun diadili, dia akan berpakaian jas resmi dan menebar senyum atau tawa ke sana- kemari. Mungkin itu yang disebut tawa setan atau senyum iblis.
Tulisan atau bacaan ini mungkin tidak perlu bagi Anda yang pasti cukup serius dan pusing memikirkan negara yang tidak pernah beres. Tetapi boleh jadi karena mumet memikir hidup yang semakin sulit dan sesak nafas, masyarakat kita masih betah dan semakin menjadi-jadi akrab dengan dunia klenik atau perhantuan. Terakhir beredar film Setan Budek dengan pemeran Dewi Persik dan (mantan) suaminya Syaeful Jamil. Saya enggak dan tidak akan nonton filmnya— udah setan, budek pula ngapain ditonton?– tetapi sempat baca di Warta Kota: Syaful Jamil panas dingin bermain dengan Setan Budek, eh Dewi Persik itu. Entahlah, silakan Anda menafsirkan sendiri.
Nah berikut beberapa jenis-jenis hantu atau jurig yang tercatat atau terdengar dalam keseharian kita.
-Kuntilanak : ini hantu paling populer. Di kampung saya, konon, kuntilanak ini hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal. Apalagi kalau meninggalnya tak wajar, bunuh diri atau diracun suaminya misalnya. Kostumnya sangat ngepop. Baju putih. Aneh juga, waktu dikubur dipakaikan kain kafan tetapi sesudah menjadi hantu kain putih itu sudah menjadi baju. Mungkin di alam kubur juga ada tukang jahit. Atau boleh jadi ada mall khusus penjual busana hantu. Wajahnya biasanya pucat, dengan bagian mata hitam atau dihitamkan. Padangannya kosong. Rambut terurai panjang, tidak disisir model gadis sampo. Biasanya senang tertawa mengikik.. Hkii..hik..kik….Kakinya tidak menapak di tanah, tetapi melayang. (Untuk melihatnya dia melayang atau tidak Anda harus melihat terbalik, jadi mirip orang rukuk tetapi mata anda diarahkan ke arah selangkangan. Nah, akan ketahuan kuntilanak itu melayang atau tidak. Untuk menandai kehadirannya, katanya, di sekitar kita selalu diawali dengan bau kentang. Tidak jelas bau kentang goreng biasa atau french fries..
-Sundel Bolong: Ini sejenis kuntilanak juga. Tetapi bagian punggungnya bolong. Digambarkan, bolongan itu busuk, bernanah dan berbelatung. Sebenarnya, di kampung saya, kuntilanak juga berbolong di punggungnya. Di kampung saya bahkan ada kepercayaan, jika kita bisa menutup bolongan itu dengan daun pisang kering (karakas) si kuntilanak itu bisa menjelma menjadi gadis cantik sejenis bidadari. Katanya, bisa dinikahi segala. (Sulit sekali bukan, mencari-cari daun pisang kering untuk menutup bolongan itu. Bukannya si kuntilanak segera kabur?) Tidak jelas betul, apakah perempuan tidak cantik setelah menjadi kuntilanak dan dimanusiakan kembai lantas menjadi cantik?
Langkah lain untuk mengorangkan kuntilanak itu dengan memaku bagian kepalanya. Bukan cuma alangkah sadisnya, tetapi apa setiap hari kita harus membawa-bawa paku dan palu untuk berjaga-jaga bertemu kuntilanak yang siap dijadikan gadis cantik yang siap dinikahi? Nah, hati-hati paku itu jangan sampai dicabut kembali, si isteri nanti bisa kembali menjadi kuntilanak. Banyak pula cerita beredar kejadian seperti itu. Ceritanya, setelah lama menikah berkeluargan dan mempunyai anak, si anak yang diminta mencari kutu malah menemukan paku di kepala ibunya. Lantas si anak mencabutnya, jadilah si ibu kuntilanak. Tragis sekali ya keluarga kuntilanak itu…
Kelongwewe: Nah, hantu ini terkenal sekali untuk menakut-nakuti anak-anak. Biasanya dipakai saat anak-anak lupa waktu main. Hantu ini dipercaya berkeliaran menjelang maghrib atau sekitarnya. Anak-anak yang bermain dan melupakan saat ke mushola, akan diteriakin, “Awas lo dibawa Kelongwewe…!” Anak-anak akan ketakutan sekali. Apalagi omongan ibu sangat mujarab. Hiii… dibawa kelongwewe mana berani. Mungkin karena ada kata “kelong” tadinya waktu kecil saya membayangkan, hantu itu seperti “kalong” atau kelelewar. Kalau kelalawar kan identik dengan drakula atau jangan-jangan mirip Batman.
Tetapi pernah ada teman yang mendekripsikan, rupa kelongwewe itu katanya seperti nenek sihir di film-film bule. Hidung mancung dengan dengan tawa mengikik atau terkekeh ya? Nah ini: susunya atau bagian payudaranya dipercaya sangat panjang (seksi enggak ya). Katanya saking panjangnya, bagian payudara itu sampai-sampai bisa dipakai untuk mengendong anak yang diculiknya. Hi..hi.. Cerita beredar, ada anak pernah diculik kelongwewe. Anak itu merasa tinggal di rumah mewah dengan makanan yang mewah pula. Padahal kenyataannya, rumah itu hanyalah pohon besar (biasanya pohon beringin). Makanan enak-enak, yang berupa mie itu konon tidak lain dari cacing-cacing. untuk menemukan anak yang hilang itu, orang sedesa harus mencari. Namun ada pula cara ditempuh: biji nangka direndam di minyak kelapa. Nah, orang harus bisa mengangkat biji nangka yang licin itu hanya dengan dua jari. Jika berhasil, si anak yang diculik kelongwewe akan segera ditemukan. Tapi ingat ya “biji nangka” bukan biji yang lain ! Apalagi biji buah berambut atau rambutan ( Nephelium lappaceum L). Jadi dalam hal kasus hilangnya anak oleh kelongwewe, polisi atau tim SAR dalam hal ini tidak diperlukan rupanya..
Jurig Jarian: Ini jenis jurig atau hantu yang hidup di tempat pembuangan sampah atau tempat-tempat yang jarang dijamah manusia. Biasanya ada di sekitar tebing. Rupanya saya tidak sempat merekam saat kecil. Sepertinya ini jenis jurig yang dinamakan sesuai dengan tempat tinggalnya saja, seperti juga jurig rumah kosong atau juring pohon rambutan. Oh ya, di kampung saya selain pohon beringin, pohon sirsak dipercaya juga sebagai tempat yang nyaman bermain hantu. Makanya jika kita ingin membuang air (besar dan kecil) di tempat-tempat seperti itu, sejak kecil diajarkan agar meminta ijin. “Permisi, mbah saya mau kencing..” Kalau tidak bisa berbahaya lo. Bisa kesurupan.. wah!
Gendurowo: Hantu jenis ini saya dengar setelah agak bisa bermain atau bergaul dengan orang-orang dari daerah lain. Sepertinya ini hantu dari masyarakat Jawa (Tengah) ya. Saya tidak cukup mafhum untuk mendeskripsikannya.
Itu hanya beberapa jenis hantu saja, kalau ditulis semua di sini bisa repot. Nanti setelah menjadi calegsiana, Kompasiana malah menjadi jurigsiana atau hantusiana. Tidak lucu bukan? Pasti banyak pula jenis-jenis hantu di daerah lain. Tetapi buat saya sendiri– seumur-umur belum pernah melihat hantu beneran. Saya malah merasa kini dikejar-kejar hantu-hantu jenis lain itu yang bertebaran mengepung kita. Mereka menebar senyum, menebar janji dan menghuni pohon-pohon atau dinding-dinding kota. Mereka memenuhi halaman media cetak, elektronik dan tawa dan kata-kata yang menakutkan. Omongan atau pernyataan mereka benar-benar menghantui saya. Janji mensejahterakan rakyat, menjanjikan kehidupan yang lebih baik, tampil seperti orang bermoral, agamis, sopan, jujur dan sangat dekat dengan rakyat. Raut wajahnya palsu. Walaupun dipoles berpenampilan dan bergaya seperti malaikat, saya malah merasa mereka itu lebih mirip dengan hantu. Mereka seperti zombie (versi lokalnya apa ya, zombie ini?) tidak peduli dengan protes dan cercaan masyarakat dan mengemis-ngemis minta dipilih untuk menjadi pemimpin. Hantu sekali bukan? Hi..hi…
(copy paste aja dari http://agushermawan.kompasiana.com).. soalnya blognya gak pernah diisi heu..heu...
Seputar Kampung
Sabtu Minggu, weekend paling ditunggu. Apalagi kalau bukan sepedaan. Karena bukan biker beneran, alias cuma biker-bikeran ya paling kita keliling kampung sembari mencari sarapan. Yang pasti tempat-tempat nasi uduk di seputaran Gunung Sindur, Parung, Rawakalong dan Sawangan atau Mpok Cafe di JPG sudah dicicipi. Kita jadi tahu dan tempe.. he..he nasi uduk paling maknyus atau top markotop. Begitu juga yang mpok yang dagangnya: si mak atau si mpok yang umumnya ramah-ramah. Sepedaan keliling kampung sekitar membuat kita mengenal daerah sekitar. Lha, suatu minggu lagi sepedaan tiba-tiba saja kita merasa ada di Beijing karena ada kelenteng segala. Owh, rupanya di dekat kita itu ada kampung cina. Mungkin nenek moyangnya dulu sepedaan juga ke kampung situ, terus kepincut si mpok nasi uduk terus beranakpinaklah mereka di sana. Saudara-saudara kita itu walaupun berwajah jacky chen atau michelle yeoh, tetapi banyak juga yang keling warna kulitnya. Mungkin kalau sekarang istilahnya, indo. (Thkx 2 oom gandhi, foto2nya)