Tuesday, January 13, 2009

Ensiklopedi Hantu, Jurig dan Ririwa

Walaupun mungkin di antara kita ada yang berpikir rasional dan tidak percaya ada hantu, karena kita hidup di negeri tahayul ada baiknya kita mengenal jenis-jenis hantu. Untuk istilahnya saja, hantu itu macam-macam. Di kampung saya di pinggiran Bandung hantu dikenal juga dengan istilah jurig atau ririwa.

Istilah, setan atau iblis lain lagi. Mungkin yang mengerti agama bisa menjelaskannya apa itu setan atau iblis. Katanya, setan itu kira-kira roh jahat yang ada di tiap hati orang. Ada yang bilang sebenarnya setan itu lebih  lebih berupa sifat (buruk atau jahat). Nah setan itulah yang menyeret-nyeret orang senang berkorupsi, berselingkuh, mencuri, merampok, kolusi, nipu rakyat, merusak pohon dengan menempel poster caleg, berbohong, berjudi, pokoknya jenis-jenis langkah yang buruk, jelek, jahat dan seterusnya.

Anehnya, beberapa jenis sikap itu kini banyak disenangi orang. Bahkan pelakunya, habis dipuja-puji masyarakat. Koruptor misalnya, walaupun kekayaannya hasil merampok uang rakyat atau kekakayaan negara malah dipuja-puji menjadi orang dalam kelas orang terhormat. Kalaupun diadili, dia akan berpakaian jas resmi dan menebar senyum atau tawa ke sana- kemari. Mungkin itu yang disebut tawa setan atau senyum iblis.

Tulisan atau bacaan ini mungkin tidak perlu bagi Anda yang pasti cukup serius dan pusing memikirkan negara yang tidak pernah beres. Tetapi boleh jadi karena mumet memikir hidup yang semakin sulit dan sesak nafas, masyarakat kita masih betah dan semakin menjadi-jadi akrab dengan dunia klenik atau perhantuan. Terakhir beredar film Setan Budek dengan pemeran Dewi Persik dan (mantan) suaminya Syaeful Jamil. Saya enggak dan tidak akan nonton filmnya— udah setan, budek pula ngapain ditonton?– tetapi sempat baca di Warta Kota: Syaful Jamil panas dingin bermain dengan Setan Budek, eh Dewi Persik itu. Entahlah, silakan Anda menafsirkan sendiri.
Nah berikut beberapa jenis-jenis hantu atau jurig yang tercatat atau terdengar dalam keseharian kita.

-Kuntilanak : ini hantu paling populer. Di kampung saya, konon, kuntilanak ini hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal. Apalagi kalau meninggalnya tak wajar, bunuh diri atau diracun suaminya misalnya. Kostumnya sangat ngepop. Baju putih. Aneh juga, waktu dikubur dipakaikan kain kafan tetapi sesudah menjadi hantu kain putih itu sudah menjadi baju. Mungkin di alam kubur juga ada tukang jahit. Atau boleh jadi ada mall khusus penjual busana hantu. Wajahnya biasanya pucat, dengan bagian mata hitam atau dihitamkan. Padangannya kosong. Rambut terurai panjang, tidak disisir model gadis sampo. Biasanya senang tertawa mengikik.. Hkii..hik..kik….Kakinya tidak menapak di tanah, tetapi melayang. (Untuk melihatnya dia melayang atau tidak Anda harus melihat terbalik, jadi mirip orang rukuk tetapi mata anda diarahkan ke arah selangkangan. Nah, akan ketahuan kuntilanak itu melayang atau tidak. Untuk menandai kehadirannya, katanya, di sekitar kita selalu diawali dengan bau kentang. Tidak jelas bau kentang goreng biasa atau french fries..

-Sundel Bolong: Ini sejenis kuntilanak juga. Tetapi bagian punggungnya bolong. Digambarkan, bolongan itu busuk, bernanah dan berbelatung. Sebenarnya, di kampung saya, kuntilanak juga berbolong di punggungnya.  Di kampung saya bahkan ada kepercayaan, jika kita bisa menutup bolongan itu dengan daun pisang kering (karakas) si kuntilanak itu bisa menjelma menjadi gadis cantik sejenis bidadari. Katanya, bisa dinikahi segala.  (Sulit sekali bukan, mencari-cari daun pisang kering untuk menutup bolongan itu. Bukannya si kuntilanak segera kabur?) Tidak jelas betul, apakah perempuan tidak cantik setelah menjadi kuntilanak dan dimanusiakan kembai lantas menjadi cantik?
Langkah lain untuk mengorangkan kuntilanak itu dengan memaku bagian kepalanya. Bukan cuma alangkah sadisnya, tetapi apa setiap hari kita harus membawa-bawa paku dan palu untuk berjaga-jaga bertemu kuntilanak yang siap dijadikan gadis cantik yang siap dinikahi? Nah, hati-hati paku itu jangan sampai dicabut kembali, si isteri nanti bisa kembali menjadi kuntilanak. Banyak pula cerita beredar kejadian seperti itu. Ceritanya, setelah lama menikah berkeluargan dan mempunyai anak, si anak yang diminta mencari kutu malah menemukan paku di kepala ibunya. Lantas si anak mencabutnya, jadilah si ibu kuntilanak. Tragis sekali ya keluarga kuntilanak itu… :(

Kelongwewe:
Nah, hantu ini terkenal sekali untuk menakut-nakuti anak-anak. Biasanya dipakai saat anak-anak lupa waktu main. Hantu ini dipercaya berkeliaran menjelang maghrib atau sekitarnya. Anak-anak yang bermain dan melupakan saat ke mushola, akan diteriakin, “Awas lo dibawa Kelongwewe…!” Anak-anak akan ketakutan sekali. Apalagi omongan ibu sangat mujarab. Hiii… dibawa kelongwewe mana berani. Mungkin karena ada kata “kelong” tadinya waktu kecil saya membayangkan, hantu itu seperti “kalong” atau kelelewar. Kalau kelalawar kan identik dengan drakula atau jangan-jangan mirip Batman.

Tetapi pernah ada teman yang mendekripsikan, rupa kelongwewe itu katanya seperti nenek sihir di film-film bule. Hidung mancung dengan dengan tawa mengikik atau terkekeh ya? Nah ini: susunya atau bagian payudaranya dipercaya sangat panjang (seksi enggak ya). Katanya saking panjangnya, bagian payudara itu sampai-sampai bisa dipakai untuk mengendong anak yang diculiknya. Hi..hi.. Cerita beredar, ada anak pernah diculik kelongwewe. Anak itu merasa tinggal di rumah mewah dengan makanan yang mewah pula. Padahal kenyataannya, rumah itu hanyalah pohon besar (biasanya pohon beringin). Makanan enak-enak, yang berupa mie itu konon tidak lain dari cacing-cacing. untuk menemukan anak yang hilang itu, orang sedesa harus mencari. Namun ada pula cara ditempuh: biji nangka direndam di minyak kelapa. Nah, orang harus bisa mengangkat biji nangka yang licin itu hanya dengan dua jari. Jika berhasil, si anak yang diculik kelongwewe akan segera ditemukan. Tapi ingat ya “biji nangka” bukan biji yang lain ! Apalagi biji buah berambut atau rambutan ( Nephelium lappaceum L). Jadi dalam hal kasus hilangnya anak oleh kelongwewe, polisi atau tim SAR dalam hal ini tidak diperlukan rupanya..

Jurig Jarian: Ini jenis jurig atau hantu yang hidup di tempat pembuangan sampah atau tempat-tempat yang jarang dijamah manusia. Biasanya ada di sekitar tebing. Rupanya saya tidak sempat merekam saat kecil. Sepertinya ini jenis jurig yang dinamakan sesuai dengan tempat tinggalnya saja, seperti juga jurig rumah kosong atau juring pohon rambutan. Oh ya, di kampung saya selain pohon beringin, pohon sirsak dipercaya juga sebagai tempat yang nyaman bermain hantu. Makanya jika  kita ingin membuang air (besar dan kecil) di tempat-tempat seperti itu, sejak kecil diajarkan agar meminta ijin. “Permisi, mbah saya mau kencing..” Kalau tidak bisa berbahaya lo. Bisa kesurupan.. wah!

Gendurowo: Hantu jenis ini saya dengar setelah agak bisa bermain atau bergaul dengan orang-orang dari daerah lain. Sepertinya ini hantu dari masyarakat Jawa (Tengah) ya. Saya tidak cukup mafhum untuk mendeskripsikannya.

Itu hanya beberapa jenis hantu saja, kalau ditulis semua di sini bisa repot. Nanti setelah menjadi calegsiana, Kompasiana malah menjadi jurigsiana atau hantusiana. Tidak lucu bukan? Pasti banyak pula jenis-jenis hantu di daerah lain. Tetapi buat saya sendiri– seumur-umur belum pernah melihat hantu beneran. Saya malah merasa kini dikejar-kejar hantu-hantu jenis lain itu yang bertebaran mengepung kita. Mereka menebar senyum, menebar janji dan menghuni pohon-pohon atau dinding-dinding kota. Mereka memenuhi halaman media cetak, elektronik dan tawa dan kata-kata yang menakutkan. Omongan atau pernyataan mereka benar-benar menghantui saya. Janji mensejahterakan rakyat, menjanjikan kehidupan yang lebih baik, tampil seperti orang bermoral, agamis, sopan, jujur dan sangat dekat dengan rakyat. Raut wajahnya palsu. Walaupun dipoles berpenampilan dan bergaya seperti malaikat, saya malah merasa mereka itu lebih mirip dengan hantu. Mereka seperti zombie (versi lokalnya apa ya, zombie ini?) tidak peduli dengan protes dan cercaan masyarakat dan mengemis-ngemis minta dipilih untuk menjadi pemimpin. Hantu sekali bukan? Hi..hi…

(copy paste aja dari http://agushermawan.kompasiana.com).. soalnya blognya gak pernah diisi heu..heu...

Ensiklopedi Hantu, Jurig dan Ririwa

Walaupun mungkin di antara kita ada yang berpikir rasional dan tidak percaya ada hantu, karena kita hidup di negeri tahayul ada baiknya kita mengenal jenis-jenis hantu. Untuk istilahnya saja, hantu itu macam-macam. Di kampung saya di pinggiran Bandung hantu dikenal juga dengan istilah jurig atau ririwa.

Istilah, setan atau iblis lain lagi. Mungkin yang mengerti agama bisa menjelaskannya apa itu setan atau iblis. Katanya, setan itu kira-kira roh jahat yang ada di tiap hati orang. Ada yang bilang sebenarnya setan itu lebih  lebih berupa sifat (buruk atau jahat). Nah setan itulah yang menyeret-nyeret orang senang berkorupsi, berselingkuh, mencuri, merampok, kolusi, nipu rakyat, merusak pohon dengan menempel poster caleg, berbohong, berjudi, pokoknya jenis-jenis langkah yang buruk, jelek, jahat dan seterusnya.

Anehnya, beberapa jenis sikap itu kini banyak disenangi orang. Bahkan pelakunya, habis dipuja-puji masyarakat. Koruptor misalnya, walaupun kekayaannya hasil merampok uang rakyat atau kekakayaan negara malah dipuja-puji menjadi orang dalam kelas orang terhormat. Kalaupun diadili, dia akan berpakaian jas resmi dan menebar senyum atau tawa ke sana- kemari. Mungkin itu yang disebut tawa setan atau senyum iblis.

Tulisan atau bacaan ini mungkin tidak perlu bagi Anda yang pasti cukup serius dan pusing memikirkan negara yang tidak pernah beres. Tetapi boleh jadi karena mumet memikir hidup yang semakin sulit dan sesak nafas, masyarakat kita masih betah dan semakin menjadi-jadi akrab dengan dunia klenik atau perhantuan. Terakhir beredar film Setan Budek dengan pemeran Dewi Persik dan (mantan) suaminya Syaeful Jamil. Saya enggak dan tidak akan nonton filmnya— udah setan, budek pula ngapain ditonton?– tetapi sempat baca di Warta Kota: Syaful Jamil panas dingin bermain dengan Setan Budek, eh Dewi Persik itu. Entahlah, silakan Anda menafsirkan sendiri.
Nah berikut beberapa jenis-jenis hantu atau jurig yang tercatat atau terdengar dalam keseharian kita.

-Kuntilanak : ini hantu paling populer. Di kampung saya, konon, kuntilanak ini hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal. Apalagi kalau meninggalnya tak wajar, bunuh diri atau diracun suaminya misalnya. Kostumnya sangat ngepop. Baju putih. Aneh juga, waktu dikubur dipakaikan kain kafan tetapi sesudah menjadi hantu kain putih itu sudah menjadi baju. Mungkin di alam kubur juga ada tukang jahit. Atau boleh jadi ada mall khusus penjual busana hantu. Wajahnya biasanya pucat, dengan bagian mata hitam atau dihitamkan. Padangannya kosong. Rambut terurai panjang, tidak disisir model gadis sampo. Biasanya senang tertawa mengikik.. Hkii..hik..kik….Kakinya tidak menapak di tanah, tetapi melayang. (Untuk melihatnya dia melayang atau tidak Anda harus melihat terbalik, jadi mirip orang rukuk tetapi mata anda diarahkan ke arah selangkangan. Nah, akan ketahuan kuntilanak itu melayang atau tidak. Untuk menandai kehadirannya, katanya, di sekitar kita selalu diawali dengan bau kentang. Tidak jelas bau kentang goreng biasa atau french fries..

-Sundel Bolong: Ini sejenis kuntilanak juga. Tetapi bagian punggungnya bolong. Digambarkan, bolongan itu busuk, bernanah dan berbelatung. Sebenarnya, di kampung saya, kuntilanak juga berbolong di punggungnya.  Di kampung saya bahkan ada kepercayaan, jika kita bisa menutup bolongan itu dengan daun pisang kering (karakas) si kuntilanak itu bisa menjelma menjadi gadis cantik sejenis bidadari. Katanya, bisa dinikahi segala.  (Sulit sekali bukan, mencari-cari daun pisang kering untuk menutup bolongan itu. Bukannya si kuntilanak segera kabur?) Tidak jelas betul, apakah perempuan tidak cantik setelah menjadi kuntilanak dan dimanusiakan kembai lantas menjadi cantik?
Langkah lain untuk mengorangkan kuntilanak itu dengan memaku bagian kepalanya. Bukan cuma alangkah sadisnya, tetapi apa setiap hari kita harus membawa-bawa paku dan palu untuk berjaga-jaga bertemu kuntilanak yang siap dijadikan gadis cantik yang siap dinikahi? Nah, hati-hati paku itu jangan sampai dicabut kembali, si isteri nanti bisa kembali menjadi kuntilanak. Banyak pula cerita beredar kejadian seperti itu. Ceritanya, setelah lama menikah berkeluargan dan mempunyai anak, si anak yang diminta mencari kutu malah menemukan paku di kepala ibunya. Lantas si anak mencabutnya, jadilah si ibu kuntilanak. Tragis sekali ya keluarga kuntilanak itu… :(

Kelongwewe:
Nah, hantu ini terkenal sekali untuk menakut-nakuti anak-anak. Biasanya dipakai saat anak-anak lupa waktu main. Hantu ini dipercaya berkeliaran menjelang maghrib atau sekitarnya. Anak-anak yang bermain dan melupakan saat ke mushola, akan diteriakin, “Awas lo dibawa Kelongwewe…!” Anak-anak akan ketakutan sekali. Apalagi omongan ibu sangat mujarab. Hiii… dibawa kelongwewe mana berani. Mungkin karena ada kata “kelong” tadinya waktu kecil saya membayangkan, hantu itu seperti “kalong” atau kelelewar. Kalau kelalawar kan identik dengan drakula atau jangan-jangan mirip Batman.

Tetapi pernah ada teman yang mendekripsikan, rupa kelongwewe itu katanya seperti nenek sihir di film-film bule. Hidung mancung dengan dengan tawa mengikik atau terkekeh ya? Nah ini: susunya atau bagian payudaranya dipercaya sangat panjang (seksi enggak ya). Katanya saking panjangnya, bagian payudara itu sampai-sampai bisa dipakai untuk mengendong anak yang diculiknya. Hi..hi.. Cerita beredar, ada anak pernah diculik kelongwewe. Anak itu merasa tinggal di rumah mewah dengan makanan yang mewah pula. Padahal kenyataannya, rumah itu hanyalah pohon besar (biasanya pohon beringin). Makanan enak-enak, yang berupa mie itu konon tidak lain dari cacing-cacing. untuk menemukan anak yang hilang itu, orang sedesa harus mencari. Namun ada pula cara ditempuh: biji nangka direndam di minyak kelapa. Nah, orang harus bisa mengangkat biji nangka yang licin itu hanya dengan dua jari. Jika berhasil, si anak yang diculik kelongwewe akan segera ditemukan. Tapi ingat ya “biji nangka” bukan biji yang lain ! Apalagi biji buah berambut atau rambutan ( Nephelium lappaceum L). Jadi dalam hal kasus hilangnya anak oleh kelongwewe, polisi atau tim SAR dalam hal ini tidak diperlukan rupanya..

Jurig Jarian: Ini jenis jurig atau hantu yang hidup di tempat pembuangan sampah atau tempat-tempat yang jarang dijamah manusia. Biasanya ada di sekitar tebing. Rupanya saya tidak sempat merekam saat kecil. Sepertinya ini jenis jurig yang dinamakan sesuai dengan tempat tinggalnya saja, seperti juga jurig rumah kosong atau juring pohon rambutan. Oh ya, di kampung saya selain pohon beringin, pohon sirsak dipercaya juga sebagai tempat yang nyaman bermain hantu. Makanya jika  kita ingin membuang air (besar dan kecil) di tempat-tempat seperti itu, sejak kecil diajarkan agar meminta ijin. “Permisi, mbah saya mau kencing..” Kalau tidak bisa berbahaya lo. Bisa kesurupan.. wah!

Gendurowo: Hantu jenis ini saya dengar setelah agak bisa bermain atau bergaul dengan orang-orang dari daerah lain. Sepertinya ini hantu dari masyarakat Jawa (Tengah) ya. Saya tidak cukup mafhum untuk mendeskripsikannya.

Itu hanya beberapa jenis hantu saja, kalau ditulis semua di sini bisa repot. Nanti setelah menjadi calegsiana, Kompasiana malah menjadi jurigsiana atau hantusiana. Tidak lucu bukan? Pasti banyak pula jenis-jenis hantu di daerah lain. Tetapi buat saya sendiri– seumur-umur belum pernah melihat hantu beneran. Saya malah merasa kini dikejar-kejar hantu-hantu jenis lain itu yang bertebaran mengepung kita. Mereka menebar senyum, menebar janji dan menghuni pohon-pohon atau dinding-dinding kota. Mereka memenuhi halaman media cetak, elektronik dan tawa dan kata-kata yang menakutkan. Omongan atau pernyataan mereka benar-benar menghantui saya. Janji mensejahterakan rakyat, menjanjikan kehidupan yang lebih baik, tampil seperti orang bermoral, agamis, sopan, jujur dan sangat dekat dengan rakyat. Raut wajahnya palsu. Walaupun dipoles berpenampilan dan bergaya seperti malaikat, saya malah merasa mereka itu lebih mirip dengan hantu. Mereka seperti zombie (versi lokalnya apa ya, zombie ini?) tidak peduli dengan protes dan cercaan masyarakat dan mengemis-ngemis minta dipilih untuk menjadi pemimpin. Hantu sekali bukan? Hi..hi…

(copy paste aja dari http://agushermawan.kompasiana.com).. soalnya blognya gak pernah diisi heu..heu...

Seputar Kampung




Sabtu Minggu, weekend paling ditunggu. Apalagi kalau bukan sepedaan. Karena bukan biker beneran, alias cuma biker-bikeran ya paling kita keliling kampung sembari mencari sarapan. Yang pasti tempat-tempat nasi uduk di seputaran Gunung Sindur, Parung, Rawakalong dan Sawangan atau Mpok Cafe di JPG sudah dicicipi. Kita jadi tahu dan tempe.. he..he nasi uduk paling maknyus atau top markotop. Begitu juga yang mpok yang dagangnya: si mak atau si mpok yang umumnya ramah-ramah. Sepedaan keliling kampung sekitar membuat kita mengenal daerah sekitar. Lha, suatu minggu lagi sepedaan tiba-tiba saja kita merasa ada di Beijing karena ada kelenteng segala. Owh, rupanya di dekat kita itu ada kampung cina. Mungkin nenek moyangnya dulu sepedaan juga ke kampung situ, terus kepincut si mpok nasi uduk terus beranakpinaklah mereka di sana. Saudara-saudara kita itu walaupun berwajah jacky chen atau michelle yeoh, tetapi banyak juga yang keling warna kulitnya. Mungkin kalau sekarang istilahnya, indo. (Thkx 2 oom gandhi, foto2nya)